Senin, 25 Februari 2013

Tantangan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional dan Peradaban Dunia


Tantangan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional dan Peradaban Dunia

Prof. Dr. Atmazaki, M.Pd.
Universitas Negeri Padang, Indonesia
Pendahuluan
Peradaban (tamadun, maddana, civilization) atau masyarakat kota yang maju merupakan hegemony (penguasaan) secara sosialbudaya dan psikologis suatu bangsa dalam merealisasikan pemikiran, kreativitas, dan Ipteks. Hegemoni Barat dalam budaya populer dan Ipteks, misalnya, merupakan penguasaan Barat terhadap dunia dalam budaya populer dan Ipteks. Hegemoni China dalam perdagangan merupakan penguasaan China terhadap dunia dalam perdagangan. Secara sosial budaya dan psikologis mereka di atas dari bangsa-bangsa lain dalam bidang itu. Lebih khusus, secara psikologis, Barat dan China menganggap menguasai dunia dan superior. Dengan demikian, hegemoni menjadi dasar untuk mempunyai peradaban yang diakui.

Bahasa merupakan sarana yang paling ampuh dalam mendapatkan dan mentransfer hegemoni. Bahasa yang digunakan untuk mentransfer hegemoni akan dipelajari dan digunakan oleh orang yang terlingkup dalam hegemoni itu. Namun demikian, bahasa yang mampu mentransfer hegemoni adalah bahasa yang modern, yang mampu digunakan untuk mengungkapkan pikiran yang paling rumit sekalipun dengan cara yang tidak rumit.
Akan tetapi, mana yang lebih dahulu terjadi, peradaban yang tinggi dan hegemoni yang kuat atau bahasa yang maju/modern? Situasi ini bak telor dan ayam. Hanya bahasa yang maju yang mampu digunakan sebagai sarana peradaban dan hegemoni, sebaliknya hanya peradaban yang tinggi dan hegemoni yang membuat bahasa menjadi modern. Sesuatu yang pasti, keduanya amat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Bagaimana dengan bahasa Melayu/Indonesia? Sudah sejak lama keinginan menjadikan bahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasa internasional dan peradaban dunia. Sudah berbagai seminar dan pertemuan bahasa dilaksanakan untuk membahas kemungkinan itu. Tahun 2008, Majelis Bahasa Malaysia, Brunei dan Indonesia (Mabbim)–Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) melaksanakan Seminar di Jakarta untuk membahas strategi pemartabatan bahasa dan sastra guna memantapkan budaya bangsa serumpun. Tahun 2007 di Pekanbaru diadakan Konferensi untuk menggagas agar bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dunia dan diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebelumnya (tahun 2006) ada komunike bersama antara Indonesia-Malaysia-Brunei untuk memperjuangkan bahasa Melayu menjadi bahasa resmi PBB.
Namun masih ada kegamangan, perasaan kurang mampu, dan kesadaran bahwa bahasa Melayu/Indonesia belum mempunyai kekuatan untuk berperan sebagai bahasa intenasional dan peradaban dunia. Apakah yang kurang dalam bahasa Melayu/Indonesia sehingga hal itu sulit terwujud? Kerisauan utama adalah ketidaksejalanan perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dengan laju Ipteks. Artinya, bahasa Melayu/Indonesia belum mampu mengimbangi kemunculan istilah dalam Ipteks.
Keinginan yang kuat untuk menjadikan bahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasa internasional, bahasa resmi di PBB, dan bahasa peradaban dunia adalah sesuatu yang wajar. Bukan saja prestise bahasa Melayu/Indonesia yang akan meningkat, tetapi juga akan berdampak positif terhadap ekonomi, sosial, dan budaya.
Makalah ini berisi pemikiran-pemikiran yang dapat dijadikan diskusi tentang bagaimana upaya bersama yang perlu dilakukan untuk meningkatkan citra bahasa Melalyu/Indonesia sebagai bahasa internasional peradaban dunia.
Realitas Pemakaian Bahasa di Dunia
Paling kurang, ada 10 bahasa modern di dunia yang dianggap mempunyai hegemoni. Bahasa-bahasa itu dipelajari oleh bangsa-bangsa lain untuk berbagai keperluan. Bahkan 6 di antaranya dijadikan sebagai bahasa resmi dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu Inggris, Perancis, Rusia, China, Arab, dan Spanyol. Mengapa sebuah bahasa mampu menjadi bahasa internasional atau bahasa peradaban dunia?
Bahasa Inggris. Bekas koloni Inggris sangat luas sehingga penyebaran bahasa Inggris juga menjadi sangat luas. Di samping itu, Inggris dan negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika, Australia, New Zealand, Canada, dan Afrika Selatan mempunyi jumlah penduduk yang banyak. SDM negara-negara itu lebih berkualitas sehingga mampu memproduksi Ipteks untuk diekspor ke negara-negara lain yang tidak berbahasa Inggris. Ekspor di bidang Ipteks dengan sendirinya membawa budaya mereka, apalagi Amerika sangat terkenal dengan budaya populer yang digemari di seluruh dunia. Mau tidak mau bangsa-bangsa lain akan mempelajari bahasa Inggris untuk memahami dan mengadaptasi Ipteks dan budaya populer itu.
Bahasa Mandarin di China. Jumlah penduduk China terbesar di dunia dan eksodus bangsa China terderas di dunia. Kemampuan bangsa China dalam perdagangan juga terbesar di dunia. Orang merasa perlu mempelajari bahasa China terutama untuk keperluan ekonomi/perdagangan dan kebudyaa China yang besar, dan berusia sangat panjang. Nilai tawar bangsa China sangat kuat di dunia karena negara ini mempunyai hak veto di PBB.
Bahasa Rusia: Di samping sebagai negara super power, mempunyai hak veto di PBB, Rusia juga mengekspor teknologi terbesar di dunia. Sebagai negara superpower, bahasa Rusia menjadi bahasa resmi PBB. Perancis, Jerman, Jepang, dan Korea juga mengekspor teknologi ke seluruh dunia. Meskipun penduduk mereka tidak terlalu banyak, tetapi SDM mereka kuat dan berkualitas tinggi. Bahasa negara-negara itu dipelajari di berbagai belahan dunia karena Ipteks dan kebudyaan mereka yang juga sangat terkenal. Berbagai universitas membuka studi-studi tentang bangsa/negara itu.
Bahasa Arab: Bahasa Arab digunakan oleh banyak negara di Afrika bagian Utara, Timur Tengah, Asia Barat Daya, dan Asia Tengah. Meskipun jumlah penduduknya tidak banyak, bahasa Arab adalah juga bahasa Agama terbesar di dunia. Semua umat Islam mengenal bahasa Arab karena peribadatan dilaksanakan dalam bahasa Arab. Pengaruh alam dan sumber daya alam membuat bahasa Arab diperhitungkan dalam percaturan internasional, terutama dalam konteks ekonomi (bahan bakar minyak). Akumulasi faktor-faktor itu menyebabkan banyak orang ingin mempelajari bahasa Arab sehingga PBB juga menetapkan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi PBB.
Bahasa Spanyol. Spanyol juga mempunyai bekas koloni yang luas terutama di Amerika Selatan dan Afrika. Bahkan Asia juga pernah menjadi jajahan Spanyol seperti Filipina. Di antara Negara-negara bekas jajarahn itu masih ada yang menggunakan bahasa Spanyol. Dengan demikian, pengaruh Spanyol yang luas di dunia, membuat bahasanya menjadi luas pemakaiannya.
Pemakaian Bahasa Indonesia
Dari fakta-fakta itu, nyatalah bahwa sebuah bahasa akan dipelajari oleh bangsa lain apabila bahasa itu modern dan penutur aslinya memiliki keunggulan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan global. Lantas apa keunggulan bangsa Melayu/Indonesia untuk dijadikan sebagai alasan bagi bangsa lain mempelajarinya?
Penduduk Indonesia, khususnya, memang masuk dalam kategori 5 terbesar di dunia setelah China, India, Amerika Serikat, dan Rusia. Akan tetapi, bahasa Indonesia hanya digunakan oleh orang Indonesia, sebagian besar sebagai bahasa kedua. Masing-masing suku di Indonesia mempunyai bahasa daerah yang lebih ekspresif dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam situasi resmi dan perhubungan antarsuku. Apabila ditambah dengan negara-negara Asia Tenggara yang berbahasa Melayu maka jumlah itu akan setara dengan Rusia.
Namun sekadar mengunggulkan jumlah penduduk belum cukup membuat bahasanya jadi penting secara global. India, misalnya, berpenduduk nomor dua terbesar setelah China, tetapi bahasa India tidak begitu populer untuk dipelajari di dunia. Hal itu disebabkan karena bahasa India terlalu bervariasi dan bahasa Urdu yang dijadikan bahasa nasional tidak sanggup mempersatukan India sebagai sebuah bangsa dan budaya. Begitu juga Indonesia, masih kuatnya bahasa daerah, menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, meskipun bahasa Indonesia mampu mempersatukan Indonesia sebagai bangsa, tetapi belum sebagai sebuah budaya/peradaban. Kebudayaan etnis di Indonesia masih diekspresikan dalam bahasa daerah. Walaupun ada upaya penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia, namun hal itu hanya untuk pelestarian, bukan ekspresi yang sesungguhnya. Karya sastra Indonesia juga belum banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing karena berbagai alasan.
Indonesia juga kurang diperhitungkan dalam produksi Ipteks, ekonomi, dan perdagangan. Kurang diperhitungkannya mata uang Rupiah di tingkat internasional menyebabkan ekonomi Indonesia mudah collaps ketika terjadi krisis ekonomi. Indonesia hanya diperhitungkan dalam hal pariwisata dan yang banyak dikenal hanya Bali. Bahkan masih banyak bangsa lain yang tidak tahu bahwa Bali itu berada di Indonesia. Indonesia diperhitungkan hanya sebagai jumlah penduduk yang banyak dalam konteks konsumen Ipteks, ekonomi, dan perdagangan. Sebagai sebuah negara konsumen, bahasa Indonesia tidak begitu diperlukan oleh banyak bangsa asing, kecuali segelintir orang yang memang ingin meneliti, bekerja, berwisata, dan berdagang ke Indonesia.
Indonesia belum menjadi bangsa yang mampu melindungi bangsa lain dari gangguan bangsa-bangsa seperti negara super power: AS, Rusia, China, Inggris, dan Perancis. Sumbangan Indonesia untuk perdamaian dunia belum menonjol. Peranan Indonesia di PBB juga tidak banyak menentukan, belum mampu membuat bargaining position yang menguntungkan dengan negara-negara lain. Dalam panggung politik global, Indonesia hanya memainkan peranan yang kecil saja.
Oleh karena segala kekurangan dan keterbatasan itu masih bolehkah kita berharap bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional atau menjadi bahasa peradaban dunia? Apakah itu tidak sekadar mimpi yang tak jelas takwilnya?
Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?
Bukanlah sesuatu hal yang mustahil bahasa Indonesia diperjuangkan menjadi bahasa internasional atau bahasa peradaban dunia. Meskipun banyak faktor yang kurang mendukung untuk itu, tetapi banyak pula faktor yang menguatkan agar bahasa Indonesia menjadi penting di dunia global. Visi Pusat Bahasa telah mencantumkan keinginan itu, yaitu “Terwujudnya lembaga penelitian yang unggul dan pusat informasi serta pelayanan yang prima di bidang kebahasaan dan kesastraan dalam rangka menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berwibawa dan bahasa perhubungan luas tingkat antarbangsa.”
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempersatukan lebih dari 230 juta pendudukan Indonesia. Struktur bahasa Indonesia lebih sederhana sehingga lebih mudah dipelajari. Bentuk tulisannya tidak berbeda dengan bagaimana diujarkan—diujarkan sebagaimana dituliskan atau dituliskan sebagaimana diujarkan. Bahasa Indonesia terbuka terhadap unsur dan istilah asing. Di samping itu, bahasa Indonesia sudah mulai mampu mengungkapkan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan.
Upaya penting dalam mengangkat hegemoni bahasa Indonesia adalah pembakuan bahasa Indonesia sendiri. Bahasa Indonesia harus dibakukan terlebih dahulu, baik strukturnya maupun kosa kata dan peristilahannya. Upaya ke arah ini sudah sejak lama dilakukan Pusat Bahasa. Sudah tersedia berbagai kamus istilah dalam berbagai bidang ilmu.
Pada satu sisi, jumlah penduduk yang hanya berperan sebagai konsumen produk asing dapat melemahkan posisi tawar Indonesia, tetapi itu juga sekaligus dapat menjadi kekuatan apabila disikapi dengan tepat. Masyarakat Indonesia harus mengubah sikap menghamba kepada bangsa asing. Kenyataan menunjukkan bahwa orang Indonesia akan berbicara dengan bahasa asing kepada tamu asing. Sebaliknya, orang asing yang bahasanya telah menjadi hegemoni (Inggris, China, Amerika, Perancis) menggunakan bahasanya sendiri kepada tamu asing. Mereka tidak bertransaksi dengan bahasa Indonesia kepada orang Indonesia di negara mereka.
Persoalan menjadikan bahasa sebagai bahasa internasional atau bahasa peradaban dunia tidak hanya terletak pada entitas bahasa itu sendiri. Apa yang tadi disebut sebagai faktor hegemoni justru lebih menentukan posisi suatu bahasa di pentas dunia. Sikap mental bangsa terjajah perlu diubah. Kebanggaan terhadap bahasa sendiri perlu ditingkatkan. Tugas ini terbeban pada lembaga kebahasaan seperti Pusat Bahasa dan studi-studi kebahasaan di perguruan tinggi serta guru bahasa Indonesia. Salah satu misi Pusat Bahasa adalah “Meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa dan sastra.” Pendidikan bahasa Indonesia harus dirancang dengan tepat tidak saja terhadap kemampuan berbahasa Indonesia, tetapi juga menanamkan nilai-nilai berbahasa dan sikap berbahasa kepada anak didik.
Undang-undang bahasa Indonesia sudah dipersiapkan. Undang-undang yang dapat berperan sebagai politik bahasa nasional/Indonesia itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas melalui sekolah dan perguruan tinggi serta kantor-kantor pemerintahan dan swasta. Terbinanya ketahanan bahasa Indonesia akan sangat menunjang peningkatan status bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional dan peradaban dunia.
Struktur dan pembacaan bahasa Indonesia yang tidak rumit memudahkan orang asing belajar bahasa Indonesia. Hampir pada setiap negara maju sudah berdiri studi tentang Indonesia. Mau tidak mau bahasa Indonesia diperkenalkan di lembaga itu. Apapun tujuan berdirinya lembaga studi bahasa Indonesia itu, sesuatu yang pasti adalah bahwa Indonesia (bangsa, budaya, dan bahasanya) berangsur-angsur menjadi penting bagi bangsa lain. Hal yang paling penting terlebih dahulu adalah bahwa Indonesia dianggap penting oleh bangsa asing. Syukur-syukur pentingnya Indonesia tidak hanya bagi rakyat suatu bangsa asing, tetapi juga oleh pemerintahannya sehingga secara politik Indonesia dapat terbantu dalam memperjuangkan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa global, di PBB, misalnya.
Upaya menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional atau bahasa peradaban dunia tidak berarti orang Indonesia berhenti belajar bahasa asing. Ada pihak yang menyarankan agar bangsa Indonesia tidak usah belajar bahasa asing dan cukup belajar bahasa Indonesia agar kebanggaan terhadap bahasa Indonesia semakin meningkat. Belajar bahasa asing justru akan membantu mengembangkan bahasa Indonesia. Peristilahan dalam berbagai bidang ilmu justru diperoleh melalui belajar bahasa asing. Justru orang-orang yang menguasai bahasa asing akan dapat membantu mengembangkan peristilahan sehingga bahasa Indonesia lebih diperkaya.
Secara umum, bahasa diperlukan karena orang ingin berkomunikasi secara efektif. Orang mempelajari bahasa asing untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa itu dan kemampuan berbahasa asing mempunyai implikasi yang sangat banyak. Orang dapat mengetahui sosialbudaya suatu bangsa, mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan oleh suatu bangsa; mendapatkan keuntungan ekonomi karena bekerja dengan menggunakan bahasa itu. Bahkan penguasaan suatu bahasa asing berimplikasi pada kemungkinan untuk menundukkan bangsa asing itu.
Indonesia harus mampu menjadi teladan bagi banyak bangsa di dunia. Mungkin Indonesia masih jauh dari perkembangan ilmu dan teknologi, tetapi Indonesia mempunyai kelebihan, semacam keunggulan komparatif di bidang kebudayaan dan pariwisatanya. Kecintaan bangsa asing terhadap Indonesia harus terus dijaga dan ditingkatkan. Salah satu upaya itu adalah keamanan fisik dan jiwa bagi orang asing yang berkunjung ke Indonesia. Kesiap-siagaan seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga keamanan, keramahan, dan keteladanan terhadap pengunjung asing perlu menjadi prioritas. Tidak dengan menggelar polisi dan tentara dengan senjata siap ditembakkan di tepi jalan, tetapi dengan kesiapan intelijen yang didukung oleh masyarakat untuk mengantisipasi teror yang sering terjadi.
Orang asing harus dirayu untuk mempelajari dan memahami Indonesia dari berbagai segi kehidupan sehingga mereka merasa Indonesia itu penting. Apabila orang asing sudah menganggap Indonesia penting maka mereka akan mempelajari Indonesia. Mempelajari Indonesia tidak bisa tidak harus mempelajari bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, di samping menggiatkan BIPA, pemerintah Indonesia harus membantu studi-studi Indonesia yang ada di luar negeri, mendirikan kantor-kantor perwakilan Pusat Bahasa di berbagai kota besar di luar negeri.
Simpulan
Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional dan bahasa peradaban dunia bukanlah sesuatu yang mustahil. Memang masih banyak faktor yang masih melemahkan ke arah itu, namun banyak pula kekuatan yang dipunyai bahasa Indonesia. Usaha pembakuan bahasa Indonesia harus terus dilakukan, pengembangan istilah perlu dilakukan. Di samping itu sikap berbahasa masyarakat, ketahanan bahasa, keamanan para pengunjung perlu dijamin. Di samping itu, ketahanan ekonomi, perkembangan Ipteks perlu ditingkatkan. Semua faktor itulah yang akan mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional dan bhasa peradaban dunia.*** (Atmazaki)
Beberapa Artikel yang membahas tentang bahasa Melayu/Indonesia menuju bahasa dunia:
“Ada Apa dengan Bahasa Inggris?” http://blog.idurologi.com/?tag=bahasa-internasional
“Bahasa Indonesia Berpeluang jadi Bahasa Internasional.”http://www.disdik.jambiprov.go.id/informasi/kurikulum/102-bahasa-indonesia-berpeluang-jadi-bahasa-internasional.pdf
“Bahasa Indonesia Bisa Menjadi Bahasa Internasional” http://www.balitbang.depdiknas.go.id/2008/?p=87
“Bahasa Indonesia Sudah Menjadi Bahasa Internasional!” http://sekitarkita.info/bahasa-indonesia-sudah-menjadi-bahasa-internasional.html
“Bahasa Melayu Masih Berpeluang Jadi Bahasa Resmi PBB.” http://www.riau.go.id/index.php?mod=isi&id_news=6926.
“Ganti Bahasa Inggris dengan Melayu Untuk Matematika dan Sains di Malaysia.” http://klubguru.com/2.
“Menduniakan Bahasa Melayu melalui Iptek.” Surat Kabar Suara Pembaruan, Sabtu, 12 April 2008.
Melody Violine. 2009. “Bahasa Indonesia Bisa Menjadi Bahasa Internasional.”http://www.bahasakita.com/articles/bahasa-indonesia-bisa-menjadi-bahasa-internasional/
Riwayat Hidup Singkat:
Prof. Dr. Atmazaki, M.Pd., lahir di Batuhampar Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia tanggal 28 Agustus 1959. Dosen (pensyarah) di Universitas Negeri Padang sejak tahun 1984 sampai sekarang. Menamatkan program Doktor di Universitas Negeri Jakarta tahun 2004 dengan disertasi berjudul “Novel-novel Warna Lokal Minangkabau: Dinamika Jender dalam Konteks Adat dan Agama”. Selain itu menulis beberapa buku seperti: Ilmu Sastra; Teori dan Terapan (UNP Press, 2005); Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting (UNP Press 2006); Analisis Sajak: Teori dan Aplikasi (UNP Press 2008); Asas-Asas Pembelajaran Bahasa Indonesia (UNP Press, 2009) dan beberapa laporan penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa di Jakarta. Editor beberapa jurnal Ilmiah seperti Forum Pendidikan (UNP), Jurnal Pembelajaran (UNP); Language Social and Culture (University of Tasmania). Menulis sejumlah artikel tentang Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Bahasa di berbagai jurnal ilmiah Nasional dan internasional; menulis sejumlah artikel tentang bahasa, sastra, dan pengajaran di surat kabar Sumatera Barat. Mengajar dalam mata kuliah: Asas-asas Pembelajaran Bahasa; Evaluasi Pembelajaran Bahasa; Retorika; Teori Belajar Bahasa; dan Kurikulum Pembelajaran Bahasa Indonesia. Mengajarkan bahasa Indonesia untuk orang asing, terutama mahasiswa dari Australia dan Amerika Serikat. Sejak tahun 2007–2010 memimpin Universitas Negeri Padang Press, menerbitkan buku-buku yang ditulis oleh dosen UNP. Saat ini Ketua Konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar